Menghidupkan Kembali Sukma Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila
DOI:
https://doi.org/10.29303/ijpss.v2i1.40Keywords:
Intoleransi, Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila.Abstract
Perbedaan acapkali menjadi penyebab terjadinya konflik dan disintegrasi (perpecahan) dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tak sedikit orang yang anti dan benci dengan perbedaan. Perbedaan seolah dipandang sebagai musuh yang harus diperangi secara bersama. Namun, tidakah disadari bahwa negara Indonesia merupakan negara yang terbentuk dari keberagaman suku, budaya, dan agama, yang jauh lebih dulu ada ketimbang kata “Indonesia” itu sendiri. Selain itu, keberagaman merupakan kehendak yang telah Tuhan ciptakan untuk kehidupan manusia, yang dengannya menjadikan kehidupan manusia berwarna serta memperkaya pengetahuan manusia. Maraknya praktek intoleransi yang terjadi telah menodai semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila. Selain itu, praktek intoleransi juga telah menodai citra Indonesia di kancah internasional. Indonesia merupakan negara yang dikenal rukun atas keberagaman dan menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, sehingga menjadi inspirasi bagi banyak negara di dunia. Wakil Presiden Amerika Serikat Michael Richard Pence menyampaikan bahwa Indonesia itu insiprasi dunia, karena ada kerukunan beragama di tengah keberagaman. Oleh karena itu, menyeragamkan atau menyelaraskan keberagaman, merupakan tindakan yang bertentangan dengan norma-norma yang ada, serta merupakan bentuk perlawanan terhadap kehendak Tuhan.
References
CNN Indonesia. (2019). LSI: Intoleransi di Era Jokowi Masih Tinggi. https://m.cnnindonesia.com/nasional/20191103183341-32-445250/lsi-intoleransi-di-era-jokowi-masih-tinggi
Farid, M. (2018). Memahami Intoleransi Dalam Ruang Publik. Geotimes. https://geotimes.co.id/opini/memahami-intoleransi-dalam-ruang-publik/
Farisi, M. I. (2015). Transformasi Konsep Bhinneka Tunggal Ika di Indonesia: Dari Politik Dinasti ke Politik Pendidikan. Jurnal Kajian Sejarah Dan Pendidikan, 3, 132.
Ginting, R., & Aryaningrum, K. (2009). Toleransi Dalam Masyarakat Plural. Majalah Ilmiah Lontar, 23(4), 3. https://doi.org/10.26877/ltr.v23i4.665
Hakim, R. (2018). Memahami Kata Radikal dan Fanatik. Geotimes. https://geotimes.co.id/opini/memahami-kata-radikal-dan-fanatik/
Lestari, G. (2015). Bhinneka Tunggal Ika: Khasanah Multikultural Indonesia Di Tengah Kehidupan SARA. Jurnal Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 28, 31.
Maress, B. (n.d.). Teori Fanatisme Dalam Psikologi – Pengaruh – Analisis – Cara Mengatasi. DokterPsikologi.Com. https://dosenpsikologi.com/teori-fanatisme-dalam-psikologi
Prabowo, S. L. (2015). Menjadi Moderat Itu Perlu Kecerdasan. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. https://www.uin-malang.ac.id/r/151101/menjadi-moderat-itu-perlu-kecerdasan.html
Pursika, I. N. (2009). Kajian Analitik Terhadap Semboyan ”Bhinneka Tunggal Ika”. Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran, 42, 15.
Putranto, H. (2005). Budaya dan Integrasi Sosial. In M. Sutrisno & H. Putranto (Eds.), Teori-teori Kebudayaan (pp. 57–58). Kanisius.
Ristekdikti. (2016a). Menanya Alasan Diperlukannya Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia. In Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi (p. 62). Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan.
Ristekdikti. (2016b). Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia. In Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi (pp. 51-52,53,57). Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan.
Santosa, T. (2006). Fanatisme Lahirkan Radikalisme. Teguh Timur. https://teguhtimur.com/2006/02/10/fanatisme-lahirkan-radikalisme/
Setiawan, S. R. D. (2018). Survei: Dalam 13 Tahun, Persentase Publik Pro Pancasila Terus Menurun. Kompas.Com. https://nasional.kompas.com/read/2018/07/17/15580981/survei-dalam-13-tahun-persentase-publik-pro-pancasila-terus-menurun